BUNGO - RSUD Hanafi adalah salah satu rumah sakit terbesar dan punya fasilitas sangat lengkap milik daerah kabupaten Bungo, hal ini harus selaras dengan baiknya pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada masyarakat.
Tapi sangat disayangkan masih banyak ditemui keluhan-keluhan dari masyarakat kabupaten Bungo mengenai pelayanan dan penanganan yang sangat lambat atau malah tekesan acuh pada pasien terkhusus untuk yang menggunakan BPJS.
Hal ini dibenarkan langsung oleh keluarga korban yang berinisial (A) , yang tidak lain adalah adik dari pasien yang menderita penyakit jantung.
Saat tim media online Indonesiasatu.co.id mengunjungi dan mempertanyakan benar atau tidaknya kabar tersebut, (A) tidak segan menceritakan kronologi kejadian yang membuat ia merasa sangat kecewa akan pelayanan dan penanganan dari RSUD Hanafi bungo.
" Pada tanggal 24 November pukul 02:00 dini hari pasien dilarikan ke IGD dalam kondisi mengalami sesak nafas, dokter yang bertugas pada malam itu pun langsung melakukan rekam jantung dan mengatakan bahwa kondisi jantung nya baik sesak nafas yang dialami kemungkinan karena asam lambung nya naik, dokter pun meminta pihak keluarga untuk menunggu dan akan segera disiapkan kamar inap ", Ungkapnya.
(A) pun melanjutkan bahwa pada saat itu dokter mengatakan bahwa ruangan ICU ataupun ICCU penuh, jadi untuk sementara waktu pasien akan dibawa keruang rawat inap.
Baca juga:
Serbuan Vaksin Polda Jambi Sasar Pelaku Seni
|
" Dokter mengatakan kepada kami pihak keluarga bahwa ruangan ICU ataupun ICCU penuh, makanya Abang saya dibawa keruang rawat inap, menjelang adanya kamar di ICU ataupun ICCU ", Imbuhnya.
Ia melanjutkan, pada hari Jum'at pasien ditangani oleh dokter Weni spesialis jantung yang mana beliau merupakan dokter pengganti karena dokter utama sedang dinas luar kota.
" Hari Jum'at Abang kami ditangani oleh dokter Weni spesialis jantung yang mana beliau merupakan dokter pengganti karena dokter utama sedang dinas luar, saat pemeriksaan dokter wani mengatakan bahwa pasien akan dirujuk ke Padang dan pihak keluarga menyetujui " Katanya.
" Sore harinya pasien mengeluh sakit dan sesak dada pihak keluarga kembali menanyakan apakah sudah tersedia untuk ruang ICU ataupun ICCU kepada perawat yang bertugas pada sore itu, namun perawat yang tidak diketahui namanya karena tidak menggunakan nametag itu mengatakan bahwa ruangan masih penuh, dan kami dari pihak keluarga pun merasa cemas " Tegasnya.
Dikatakannya lagi " waktu pun berlalu dan kini masuk pada hari Sabtu yang mana kondisi abang kami semakin memburuk, dan kami dari pihak keluarga meminta kepada oknum perawat tersebut untuk memindahkan pasien ke ICU atau ICCU namun tidak diindahkan dengan alasan karena Abang saya lasak, tidak mau pasang kateter ", Katanya.
Dilanjutkan nya lagi " suatu ketika saat dirumah sakit saya mendapatkan cerita dari istri dan juga mamanya mengenai tindakan yang dilakukan oleh oknum perawat tersebut, saat keluarga pasien memanggil meminta pertolongan namun tidak langsung diindahkan, Malah oknum perawat tersebut menyalahkan pasien karena tidak mau nurut ", Lanjutnya.
(A) kembali memberikan informasi " pada hari Minggu, kondisi pasien semakin drop dan memburuk dan keluarga meminta untuk dilakukan penanganan secara insentif, namun oknum perawat itu berkata bahwa tidak ada perintah dari dokter", Jelasnya.
" Minggu sorenya datanglah dokter pengganti yaitu dokter Weni sebagai dokter pengganti, lalu saya berinisiatif untuk menanyakan apakah Abang saya boleh dirujuk, dan beliau menjawab akan kita rujuk secepatnya, namun pada malam harinya kondisi abang saya drop dan tak juga mendapat tindakan dari oknum perawat untuk memindahkan pasien ", Imbuhnya.
" Pukul 19:00 abang saya sudah dalam kondisi sulit bernafas, dan barulah datang perawat lainnya untuk menyuntikkan obat yang efeknya akan mengeluarkan urine terus menerus, waktu berlalu menjadi pukul 24:00 kami sekeluarga sudah berkumpul bersama diruangan rawat inap karena kondisi pasien semakin kritis, mama saya berinisiatif untuk memanggil oknum perawat untuk menangani pasien, dua kali panggilan namun tidak diindahkan malah mama saya mendapatkan kata kata dengan intonasi yang kurang mengenakkan ' Ado apo lagi Bu, tunggulah sebentar bu ', sampai panggilan yang ke tiga yang dilakukan oleh kakak saya barulah datang perawat lain yang langsung mengecek kondisi pasien ", Tuturnya.
" Tidak lama setelah itu lalu datanglah dokter dan langsung melakukan rekam jantung, kami sekeluarga saat itu merasa marah sedih kenapa pasien yang sudah kritis tidak ditaruh diruang yang lebih intensif ", Jelasnya.
Dilanjutkan nya " Disaat kondisi berduka, oknum perawat yang tidak diketahui namanya tadi malah marah - marah membentak serta menunjuk-nunjuk serta berkata ' Berani Yo kau marah-marah dengan aku' bentak oknum perawat tersebut, saya sekeluarga sangat menyayangkan sikap dari oknum perawat tersebut ", Ungkapnya.
Ia juga mengatakan kami sudah mengikhlaskan kepergian Abang kami, namun kami tetap tidak rela kalau abang kami pergi dengan kondisi tidak ditangani dengan baik.
(A) juga berharap agar pihak RSUD Hanafi bungo bisa memberikan perintah dan efek jera kepada oknum perawat tersebut.
Dr. Weni selaku dokter pengganti poli jantung pada saat itu ikut berduka cita saat mendapat kabar melalui DM sosial media Instagram adik pasien bahwa pasien sudah berpulang, ia juga memohon maaf atas pelayanan yang kurang maksimal, namun beliau sudah sangat mengoptimalkan pengobatan untuk pasien, dan dari segi perawat nya, nanti beliau akan membicarakan dengan pihak terkait. ( Tika ).